Profil Chef Juna
Junior Rorimpandey namanya. Chef asal Manado yang lahir pada 20 Juli 1975 ini, awalnya kurang begitu populer di negara asalnya, karena Chef ini lebih banyak mendapat apresiasi di luar negeri. Namun, setelah menjadi juri sebuah kontes masak di salah satu acara televisi di Indonesia (Master Chef Indonesia), Chef Juna semakin dikenal di negara tempat kelahiranya.
Diacara tersebut, ia terlihat cukup khas dan menonjol. Namun, tak sedikit pemirsa yang kurang suka dengan Chef ini. Rata-rata berkomentar, “Sangar amat komentarnya..kejam”, “jahat banget tuh orang”, “dia bikin acara makin tegang aja”, “ah kayak dia bisa masak aja”, “masa komentarnya nggak bermutu gitu sih”, “komentar yang membangun dikit kek..masa kasar gitu ngomongnya”.
Namun dibalik itu semua, Chef ini memang terbukti memiliki skill yang cukup berkualitas. Hal ini terlihat saat Juna memberi contoh memotong bawang bombay di Master Chef Indonesia. Dari cara memegang pisau dan kecepatan mengiris bombay. Terutama waktu ia membuang paprika dan garnish pada hidangan yang dimasak salah satu peserta. Kenapa? Jelas aja karena paprika nggak akan dihidangkan mentah-mentah di piring. Di Mancanegara, walaupun hanya dijadikan hiasan, yang tersaji di sebuah piring itu harus bisa dimakan. Beda dengan kebiasaan di Indonesia, yang rata-rata hiasannya menggunakan sayuran mentah dan ituhanya hiasan, bukan untuk dimakan.
Karir Chef Juna
Profesi Chef Juna terjadi secara tidak sengaja. Pada tahun 1997, ia pergi ke Amerika Serikat (Brownsville, Texas) untuk mengikuti sekolah penerbangan. Chef Juna telah mendapat lisensi pilot, akan tetapi ditengah proses pengambilan lisensi komersial, sekolah penerbangannya mengalami kebangkrutan. Akhirnya ia pergi ke Houston untuk melanjutkan pelatihan. Pada awal 1998 disaat Indonesia sedang dilanda krimon (krisis ekonomi), ibundanya tidak dapat membantu keuangannya di yang sedang berada di negri Paman Sam itu. Lalu akhirnya ia harus mencari kerja walau secara ilegal (pada saat itu dia belum mendapatkan ijin kerja).
Berbagai pekerjaan yang dicoba Chef Juna, akhirnya ia kerja di restoran tradisional Jepang sebagai waiter (pelayan). Setelah 2 minggu, master sushi menawarkannya untuk jadi muridnya, Chef Juna terima tawaran itu. Ia akhirnya mulai dari dasar dan dilatih sangat keras. Pemilik restoran itu kagum dengan kinerjanya dan mensponsori Chef Juna untuk mendapatkan Permanent Resident (ijin tinggal).
Pada tahun 2002, Chef Juna mengambil alih sebagai head chef (kepala koki) di restoran karena sushi master yang melatih Chef Juna ini pindah ke restoran lain. Di tahun 2003, ia pindah kerja ke restoran sushi nomor satu di Houston yang bernama Uptown Sushi. Setelah beberapa bulan, ia menjadi Executive Chef disana. Masuk ke tahun 2004, Chef Juna mulai jenuh dengan masakan Jepang, dan akhirnya ia berpindah ke restoran Perancis,The French Laundry yang dikenal sebagai restoran yang menerapkan standar tinggi. Ia mulai dari awal lagi. Lalu, ia juga mencari pekerjaan di tempat lain agar dapat belajar lebih banyak.
Di French Laundry, ada hukuman bagi yang melakukan kesalahan walau kesalahan sederhana. Mereka dilatih dengan baik dan disiplin yang diterapkan seperti militer. Disana Chef Juna belajar banyak teknik, mengontrol protein pada makanan, dan menciptakan makanan yang dihias cantik dan sangat enak. Nggak heran waktu Chef Juna menilai peserta Master Chef Indonesia sangat galak. Hal tersebut cukup wajar, mengingat koki ganteng nan sangar ini memang berpengalaman.
“Memasak adalah suatu yang anda cintai ketika anda berada di dapur, dan itu bukan hanya sekedar pekerjaan. Itu adalah sebuah gairah dan pekerjaan yang sulit. Saya suka memasak karena saya menilai masak sebagai seni. Ketika saya membuat hidangan baru, itu seperti telah selesai sebuah proyek seni. Berjuang untuk kesempurnaan membuat masakan yang lezat dengan bahan berbagai warna dan terlihat cantik di piring. Setiap malam saya memasak di dapur, terutama malam yang super sibuk, saya merasa bahwa prestasi saya tercapai karena saya membuat pelanggan kenyang, senang dan memberikan mereka pengalaman bersantap yang hebat. Saya juga suka suasana dapur yang sibuk, suara panci panas saat bahan masakan dimasukkan, suara peralatan masak, orang-orang berkomunikasi satu sama lain tentang apa yang mereka lakukan, semua itu seperti musik di telinga saya”, kata Chef Juna yang sekarang menjadi Executive Chef di restoran Jack Rabbit Jakarta.
Masa muda Chef Juna
Waktu umur 17 tahun, Chef Juna ini termasuk anak berandalan, ia buat sebuah geng yang bernama Bad Bones. Dengan mengendarai Harley, mereka ngebut dan nggak peduli kemanapun mereka pergi.
“Saya pernah kuliah teknik perminyakan selama 3,5 tahun di Indonesia, tapi nggak selesai karena saya terlalu nakal. Akhirnya saya memutuskan untuk membenahi hidup, berubah, dan pindah ke Amerika. Saya sampai menjual motor kesayangan untuk biaya sekolah di sana”
Diculik, disiksa, overdosis dan hampir ditembak di kepala udah pernah dirasakan Chef Juna. Merokok dan terjerumus dalam narkoba juga pernah. Tapi ia berubah karena ia punya pemikiran berbeda.
Di kedua lengan Chef Juna ini bertato. Tato itu dibuat waktu Chef Juna umur 15 di Bali, dengan menggunakan mesin buatan sendiri yang menggunakan jarum jahit.
Junior Rorimpandey namanya. Chef asal Manado yang lahir pada 20 Juli 1975 ini, awalnya kurang begitu populer di negara asalnya, karena Chef ini lebih banyak mendapat apresiasi di luar negeri. Namun, setelah menjadi juri sebuah kontes masak di salah satu acara televisi di Indonesia (Master Chef Indonesia), Chef Juna semakin dikenal di negara tempat kelahiranya.
Diacara tersebut, ia terlihat cukup khas dan menonjol. Namun, tak sedikit pemirsa yang kurang suka dengan Chef ini. Rata-rata berkomentar, “Sangar amat komentarnya..kejam”, “jahat banget tuh orang”, “dia bikin acara makin tegang aja”, “ah kayak dia bisa masak aja”, “masa komentarnya nggak bermutu gitu sih”, “komentar yang membangun dikit kek..masa kasar gitu ngomongnya”.
Namun dibalik itu semua, Chef ini memang terbukti memiliki skill yang cukup berkualitas. Hal ini terlihat saat Juna memberi contoh memotong bawang bombay di Master Chef Indonesia. Dari cara memegang pisau dan kecepatan mengiris bombay. Terutama waktu ia membuang paprika dan garnish pada hidangan yang dimasak salah satu peserta. Kenapa? Jelas aja karena paprika nggak akan dihidangkan mentah-mentah di piring. Di Mancanegara, walaupun hanya dijadikan hiasan, yang tersaji di sebuah piring itu harus bisa dimakan. Beda dengan kebiasaan di Indonesia, yang rata-rata hiasannya menggunakan sayuran mentah dan ituhanya hiasan, bukan untuk dimakan.
Karir Chef Juna
Profesi Chef Juna terjadi secara tidak sengaja. Pada tahun 1997, ia pergi ke Amerika Serikat (Brownsville, Texas) untuk mengikuti sekolah penerbangan. Chef Juna telah mendapat lisensi pilot, akan tetapi ditengah proses pengambilan lisensi komersial, sekolah penerbangannya mengalami kebangkrutan. Akhirnya ia pergi ke Houston untuk melanjutkan pelatihan. Pada awal 1998 disaat Indonesia sedang dilanda krimon (krisis ekonomi), ibundanya tidak dapat membantu keuangannya di yang sedang berada di negri Paman Sam itu. Lalu akhirnya ia harus mencari kerja walau secara ilegal (pada saat itu dia belum mendapatkan ijin kerja).
Berbagai pekerjaan yang dicoba Chef Juna, akhirnya ia kerja di restoran tradisional Jepang sebagai waiter (pelayan). Setelah 2 minggu, master sushi menawarkannya untuk jadi muridnya, Chef Juna terima tawaran itu. Ia akhirnya mulai dari dasar dan dilatih sangat keras. Pemilik restoran itu kagum dengan kinerjanya dan mensponsori Chef Juna untuk mendapatkan Permanent Resident (ijin tinggal).
Pada tahun 2002, Chef Juna mengambil alih sebagai head chef (kepala koki) di restoran karena sushi master yang melatih Chef Juna ini pindah ke restoran lain. Di tahun 2003, ia pindah kerja ke restoran sushi nomor satu di Houston yang bernama Uptown Sushi. Setelah beberapa bulan, ia menjadi Executive Chef disana. Masuk ke tahun 2004, Chef Juna mulai jenuh dengan masakan Jepang, dan akhirnya ia berpindah ke restoran Perancis,The French Laundry yang dikenal sebagai restoran yang menerapkan standar tinggi. Ia mulai dari awal lagi. Lalu, ia juga mencari pekerjaan di tempat lain agar dapat belajar lebih banyak.
Di French Laundry, ada hukuman bagi yang melakukan kesalahan walau kesalahan sederhana. Mereka dilatih dengan baik dan disiplin yang diterapkan seperti militer. Disana Chef Juna belajar banyak teknik, mengontrol protein pada makanan, dan menciptakan makanan yang dihias cantik dan sangat enak. Nggak heran waktu Chef Juna menilai peserta Master Chef Indonesia sangat galak. Hal tersebut cukup wajar, mengingat koki ganteng nan sangar ini memang berpengalaman.
“Memasak adalah suatu yang anda cintai ketika anda berada di dapur, dan itu bukan hanya sekedar pekerjaan. Itu adalah sebuah gairah dan pekerjaan yang sulit. Saya suka memasak karena saya menilai masak sebagai seni. Ketika saya membuat hidangan baru, itu seperti telah selesai sebuah proyek seni. Berjuang untuk kesempurnaan membuat masakan yang lezat dengan bahan berbagai warna dan terlihat cantik di piring. Setiap malam saya memasak di dapur, terutama malam yang super sibuk, saya merasa bahwa prestasi saya tercapai karena saya membuat pelanggan kenyang, senang dan memberikan mereka pengalaman bersantap yang hebat. Saya juga suka suasana dapur yang sibuk, suara panci panas saat bahan masakan dimasukkan, suara peralatan masak, orang-orang berkomunikasi satu sama lain tentang apa yang mereka lakukan, semua itu seperti musik di telinga saya”, kata Chef Juna yang sekarang menjadi Executive Chef di restoran Jack Rabbit Jakarta.
Masa muda Chef Juna
Waktu umur 17 tahun, Chef Juna ini termasuk anak berandalan, ia buat sebuah geng yang bernama Bad Bones. Dengan mengendarai Harley, mereka ngebut dan nggak peduli kemanapun mereka pergi.
“Saya pernah kuliah teknik perminyakan selama 3,5 tahun di Indonesia, tapi nggak selesai karena saya terlalu nakal. Akhirnya saya memutuskan untuk membenahi hidup, berubah, dan pindah ke Amerika. Saya sampai menjual motor kesayangan untuk biaya sekolah di sana”
Diculik, disiksa, overdosis dan hampir ditembak di kepala udah pernah dirasakan Chef Juna. Merokok dan terjerumus dalam narkoba juga pernah. Tapi ia berubah karena ia punya pemikiran berbeda.
Di kedua lengan Chef Juna ini bertato. Tato itu dibuat waktu Chef Juna umur 15 di Bali, dengan menggunakan mesin buatan sendiri yang menggunakan jarum jahit.
No comments:
Post a Comment